1.
Sejarah Perkembangan BK
Komprehensif
Kelahiran dan perkembangan konsep serta paradigma
layanan bimbingan dan konseling di Indonesia tidak lain merupakan replikasi dan
adopsi model yang telah berkembang sejak lama di Amerika Serikat. Pemahaman
tentang bimbingan dan konseling sebagai suatu sistem dan kerangka kerja
kelembagaan tidak dapat dilepaskan dari pandangan umum bahwa layanan BK
merupakan bagian integral dari sistem pendidikan.
Di Amerika Serikat, latar kelahiran BK di awal abad 20
bermula dari keprihatinan yang mendalam dari kalangan pendidikan terhadap carut
marutnya perkembangan kepribadian generasi muda terumata kalangan pelajar di
sekolah yang terkena dampak gelombang besar industrialisasi di kota-kota besar.
Jumlah siswa drop-out mengingkat (kaum muda lebih memilih bekerja ketimbang
sekolah, sementara keterampilan kerja tidak memadai), pergeseran nilai dalam
keluarga dan masyarakat, urbanisasi besar-besaran dari desa ke kota, dan
problem-problem sosial yang lain.
Kenyataan tersebut akhirnya memicu tumbuhnya layanan
bimbingan dan konseling sebagai suatu gerakan sosial yang selaras dengan
gerakan kemajuan (progressive movement) yang berkembang dalam dunia
pendidikan di Amerika Serikat pada saat itu yang dipelopori oleh tokoh seperti
Frank Parsons, Charles Merrill dan Meyer Blommfield. Para tokoh tersebut
sama-sama memandang secara kritis bahwa gelombang revolusi industri yang
membawa dampak negatif bagi perkembangan generasi mudah harus dicegah.
Gerakan bimbingan dan konseling ini memberikan
pengaruh besar terhadap beberapa negara, di antaranya Indonesia. Gunawan (2001,
22) menjelaskan bahwa pada periode awal kemerdekaan masalah bimbingan pekerjaan
baru diperhatikan oleh jawatan yang mengurus masalah tenaga kerja. Kegiatan
bimbingan kemudian dikembangkan oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan
dengan mengembangkan banyak kursus keterampilan bagi kaum muda. Baru pada tahun
1962, ada kebijakan SMA Gaya Baru yang mulai menggeser bimbingan pekerjaan ke
arah bimbingan akademik.
Secara formal, pemberlakuan kurikulum 1975 mengandung
penegasan bahwa BK (saat itu disebut bimbingan dan penyuluhan) merupakan bagian
integral dalam pendidikan di sekolah. Lahirnya Ikatan Petugas Bimbingan
Indonesia (IPBI) tahun 1975 di Malang, Jawa Timur dan pergantian nama IPBI
menjadi Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) tahun 2001 dengan
kelengkapan divisi-divisi layanan di dalamnya semakin memperkokoh layanan BK
dengan berbagai domain layanan yang semakin kompleks, pribadi, sosial,
akademik, karir dan layanan pendukung lainnya secara lebih menyeluruh yang
disebut dengan layanan bimbingan konseling komprehensif.
2.
Defini BK Komprehensif
Bimbingan dan konseling merupakan serangkaian kegiatan
atau aktivitas yang dirancang oleh konselor untuk membantu klien dalam upaya
untuk mengembangkan dirinya seoptimal mungkin. Karena perkembangan siswa
bersifat fluktatif, maka untuk membantu kondisi seperti itu perlu diberikan
layanan bimbingan konseling yang komprehensif. Bimbingan dan konseling
komprehensif merupakan upaya untuk memberikan bantuan secara utuh yang
melibatkan konselor, pimpinan sekolah, guru mata pelajaran, staff administrasi,
orang tua dan masyarakat.
Bimbingan Konseling komprehensif adalah suatu program
penidikan di sekolah yang diberkan oleh konselor sebagai penanggung jawab dan
pelaksana program bimbingan konseling di sekolah. Dalam pekembanganya para ahli
bimbingan dan konseling selalu mengadakan penelitian dan pembaharuan pada
layanan yang diberikan di sekolah. Pada awalnya bimbingan konseling dikenal
sebagai bentuk layanan yang diberikan sekolah kepada siswa yang bermasah atau
mengalami hambatan dalam proses pembelajaran. Namun ketika kondisi zaman
berkembang pesat seperti pada masa sekarang ini bimbingan konseling tidak lagi
berperan sebagai pembantu konseli dalam menyelesaikan masalah disekolah saja
tapi mampu berkembang ke ranah sosial. Dalam ranah sosial sendiri BK
komprehensif sendiri sudah dapat dirasakan karena terus terjadi perkembangan
dan terus diperbaharui.
Bimbingan dan konseling komprehensif diprogramkan
untuk semua peserta didik, artinya bahwa semua peserta didik hukumannya wajib
menerima layanan bimbingan dan konseling, sehingga persepsi bahwa fokus
bimbingan dan konseling hanyalah pada siswa yang bermasalah saja akan hilang.
Oleh karena itu, bimbingan dan konseling komprehensif perlu memperhatikan ruang
lingkup yang menyeluruh, dirancang untuk lebih berorientasi pada pencegahan dan
tujuannya pengembangan potensi peserta didik. Melalui bimbingan dan
konseling komprehensif peserta didik diharapkan memahami dan dapat mengetahui
kehidupan yang mencakup kehidupan akademik, karir, dan pribadi sosial. Fokus
utama dalam bimbingan dan konseling komprehensif adalah teraktualisasinya
potensi peserta didik dapat berkembang secara optimal. Lima premis dasar dalam
bimbingan dan konseling komprehensif menurut Gysbers dan Henderson (2006:28)
adalah sebagai beikut :
1. Tujuan
bimbingan dan konseling komprehensif bersifat kompatibel dengan tujuan
pendidikan
2. Program
bimbingan dan konseling komprehensif bersifat perkembangan
3. Program
bimbingan dan konseling merupakan Team building approach
4. Program bimbingan dan konseling
merupakan proses yang sistematis dan dikemas
melalui tahap-tahap perencanaan, desain, implementasi, evaluasi, dan tindak
lanjut
5. Program
bimbingan dan konseling harus dikendalikan oleh kepemimpinan yang mempunyai
visi dan misi yang kuat tentang bimbingan dan konseling.
3. Tujuan, Fungsi dan Prinsip BK
Komprehensif
a. Tujuan Bimbingan Konseling Komprehensif
1. Merencanakan kegiatan
penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupannya di masa yang akan
datang
2. Mengembangkan seluruh potensi dan
kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin
3. Menyesuaikan diri dengan
lingkungan pendidikan/rehab, lingkungan
masyarakat serta lingkungan kerjanya
4. Mengatasi hambatan dan kesulitan
yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan,
masyarakat maupun lingkungan kerja.
b. Fungsi Bimbingan Konseling Komprehensif
1.
Pemahaman yaitu membantu
peserta didik/konseli agar memiliki pemahaman terhadap
dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama)
2.
Preventif yaitu upaya konselor
untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan
berupaya untuk mencegahnya agar tidak dialami oleh peserta didik/konseli
3.
Pengembangan yaitu konselor
senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang
memfasilitasi perkembangan siswa/konseli
4.
Perbaikan (penyembuhan) yaitu
fungsi bimbingan yang bersifat kuratif.
5.
Penyaluran yaitu fungsi bimbingan
dalam membantu individu memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program
studi dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat,
bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya
6.
Adaptasi yaitu fungsi membantu
para pelaksana pendidikan khususnya konselor, guru atau dosen untuk
mengadaptasikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat
kemampuan, dan kebutuhan individu.
7.
Penyesuaian yaitu fungsi
bimbingan dalam membantu individu agar dapat menyesuaikan diri secara
dinamis dan konstruktif terhadap program pendidikan, peraturan sekolah, atau
norma agama.
C. Prinsip-prinsip
Bimbingan Konseling Komprehensif
Terdapat beberapa prinsip dasar yang
dipandang sebagai pondasi atau landasan bagi layanan bimbingan. Prinsip-prinsip
ini berasal dari konsep-konsep filosofis tentang kemanusiaan yang menjadi dasar
bagi pemberian layanan bantuan atau bimbingan, baik di sekolah maupun di luar
sekolah. Prinsip-prinsip itu adalah sebagai berikut:
1. Bimbingan diperuntukhan bagi
semua individu (guidance is for all individuals)
2. Bimbingan bersifat
individualisasi maupun kelompok yaitu
setiap individu bersifat unik (berbeda satu sama lainnya)
3. Bimbingan menekankan hal yang
positif
4. Bimbingan merupakan usaha bersama.
Mereka sebagai team work terlibat dalam proses bimbingan
5. Pengambilan keputusan merupakan hal yang sensial dalam
bimbingan
6. Bimbingan berlangsung dalam
berbagai setting (adegan) kehidupan.
4. Bidang
Bimbingan Konseling Komprehensif
1. Bimbingan
akademik yaitu bimbingan yang diarahkan untuk membantu para individu
dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah akademik
2. Bimbingan
sosial pribadi merupakan bimbingan untuk membantu para individu dalam
memecahkan masalah-masalah sosial pribadi
3. Bimbingan
karir yaitu bimbingan untuk membantu individu dalam perencanaan,
pengembangan dan pemecahan masalah-masalah karir.
5. Komponen Program Bimbingan Konseling Komprehensif
1.. Komponen Program BK komprehensif di Sekolah
a. Layanan dasar
Layanan ini bertujuan untuk membantu semua siswa agar
memperoleh perkembangan yang normal, memiliki mental yang sehat, dan memperoleh
keterampilan dasar hidupnya, atau dengan kata lain membantu siswa agar mereka
dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya.
b. Layanan Responsif
Layanan responsif merupakan pemberian bantuan kepada
peserta didik yang menghadapi kebutuhan dan masalah yang memerlukan
pertolongan dengan segera, sebab jika tidak segera dibantu dapat menimbulkan
gangguan dalam proses pencapaian tugas-tugas perkembangan. Konseling indiviaual,
konseling krisis, konsultasi dengan orangtua, guru, dan alih tangan kepada
ahli lain adalah ragam bantuan yang dapat dilakukan dalam layanan responsif.
c.
Perencanaan Individual
Layanan ini diartikan proses bantuan
kepada peserta didik agar mampu merumuskan dan melakukan aktivitas yang
berkaitan dengan perencanaan masa depan berdasarkan pemahaman akan kelebihan
dan kekurangan dirinya serta pemahaman akan peluang dan kesempatan yang
tersedia di lingkungannya. Pemahaman peserta didik secara mendalam dengan
segala karakteristiknya, penafsiran hasil asesmen dan penyediaan informasi yang
akurat sesuai dengan peluang dan potensi yang dimiliki peserta didik amat
diperlukan sehingga peserta didik mampu memilih dan mengambil keputusan yang
tepat di dalam mengembangkan potensinya secara optimal, termasuk keberbakatan
dan kebutuhan khusus peserta didik.
d.
Dukungan Sistem
Ketiga komponen
diatas, merupakan pemberian layanan bimbingan dan konseling kepada peserta
didik secara langsung. Sedangkan dukungan sistem merupakan komponen layanan dan
kegiatan manajemen, tata kerja, infra struktur (misalnya Teknologi Informasi
dan Komunikasi) dan pengembangan kemampuan profesional konselor secara
berkelanjutan yang secara tidak langsung memberikan bantuan kepada peserta didik
atau memfasilitasi kelancaran perkembangan peserta didik.
2. Komponen
Program BK Komprehensif di Panti Rehabilitas
Menghadapi
kondisi seperti ini, keluarga tidak mungkin menangani korban sendirian, tetapi
butuh bantuan pihak terkait, polisi, dokter, rumah sakit, Badan Narkotika
Nasional (BNN), serta balai rehabilitasi sosial. Keluarga bisa dikatakan gagal
mendidik anak, bila ada salah satu anggotanya terkena kasus dan korban pengguna
narkoba. Namun kita tidak bisa menyalahkan keluarga, karena manusia hidup akan
selalu berhubungan dengan orang lain. Korban pengguna narkoba harus dijauhkan
dari barang haram ini dan dijauhkan pula dari para pengguna, pengedar dan
pemasok. Kemudian menjalani rehabilitasi di tempat yang sudah ditentukan oleh
pemerintah. (Pasal 54 UU No. 35 tahun 2009). Rehabilitasi bisa dilakukan di
balai rehabilitasi sosial khusus korban pengguna narkoba milik pemerintah di
bawah naungan Dinas Sosial ataupun yang dikelola oleh swasta.
Rehabilitasi
menurut Badan Narkotika Nasional (BNN) adalah suatu proses pemulihan klien
gangguan penggunaan narkoba baik dalam jangka waktu pendek maupun panjang yang
bertujuan mengubah perilaku untuk mengembalikan fungsi individu di masyarakat.
Rehabilitasi pada saat ini adalah gratis karena sudah di jamin oleh negara dan
seorang pecandu akan diterapi agar bisa sembuh total. BNN yang mewakili
pemerintah memiliki metode tersendiri yang disebut Continuum of Care yaitu
proses perawatan pengobatan dan dukungan secara komprehensif (bersifat mampu
menangkap/ menerima dengan baik) dan berkesinambungan.
Adapun
proses-proses dari Rehabilitasi adalah:
Ø
pertama, penjangkauan,
yaitu cara penyampaian informasi, menciptakan partisipasi dan melayani
masyarakat atau proses interaksi dengan individu atau kelompok masyarakat
tertentu dalam rangka mewujudkan suatu tujuan tertentu.
Ø
Kedua, pengkajian, yaitu rangkaian pemeriksaan yang dilakukan
secara menyeluruh tentang keadaan klien terkait pemakaian narkoba dan dampaknya
terhadap dirinya serta lingkungannya, sehingga di dapat informasi lengkap
tentang keadaan klien sebelum dilakukan terapi atau tindakan lain yang
diperlukan.
Ø
Ketiga, detoksifikasi,
yaitu salah satu tahapan awal adalah proses pemulihan bagi para penyalahguna
narkoba yang memberikan layanan medis untuk memberhentikan proses kecanduan
beserta akibat yang ditimbulkan serta pemeriksaan dan tindak lanjut dari
kondisi medis klien (pasien).
Ada empat
struktur dari program dalam rangka melakukan perubahan perilaku klien diantaranya
sebagai berikut :
a.
Behaviour management shapping, yaitu perubahan
perilaku yang diarahkan pada peningkatan kemampuan dalam mengelola
kehidupan-nya sehingga terbentuk perilaku yang sesuai dengan norma dan nilai
yang terdapat dalam masyarakat.
b.
Emotional atau psicological, yaitu perubahan perilaku diarahkan
pada peningkatan kemampuan dalam menyesuaikan diri secara emosional dan
psikologi.
c.
Intelectuall atau spiritual yaitu perubahan perilaku yang diarahkan
peningkatan aspek pengetahuan sehingga dapat menghadapi dan mengatasi
tugas-tugas kehidupan yang didukung dengan nilai spiritual, estetika, moral,
dan sosial.
d.
Vocational yaitu perubahan perilaku yang diarahkan pada peningkatan
kemampuan serta keterampilan klien yang dapat digunakan dalam menyelesaikan
tugas sehari-hari.
Sebagai contoh Program Layanan di Panti Layanan Sosial
Lanjut Usia “Sudagaran” Banyumas. Sebagai berikut :
a. Pendekatan awal dan penerimaan
1. Menyusun rencana kegiatan orientasi dan konsultasi, identifikasi,
motivasi, dan seleksi, serta penerimaan calon klien.
2. Pelaksanaan kegiatan orientasi dan konsultasi, identifikasi,
motivasi, dan seleksi serta penerimaan calon klien.
3. Kegiatan penerimaan
b. Pengungkapan dan pemahaman masalah
1. Menyusun rencana pengungkapan dan pemahaman masalah.
2. Pelaksanaan assessment
c. Penyusunan rencana pemecahan masalah
1. Persiapan menyusun rencana masalah klien.
2. Melaksanakan kegiatan penyusunan rencana pemecahan masalah Penerima
Masalah.
d. Pemecahan masalah
1. Pelaksanaan pemberian layanan penyantunan
2. Pelaksanaan pemberian layanan bimbingan
3. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan bimbingan
e. Terminasi
1. Terminasi reunifikasi
2. Terminasi
meninggal dunia dimakam di panti atau keluarga.
Langkah
yang harus ditempuh konselor dalam konseling untuk klien khusus ini tidak jauh
berbeda dengan langkah yang ditempuh konseling pada umumnya, yaitu :
Identifikasi masalah, mendiagnosis, kemudian mengembangkan sebuah rencana
penanganan yang dirancang untuk menyediakan struktur dan arah bagi klien dan
konselor dalam mencapai tujuan yang telah ditatapkan untuk menangani secara
spesifik, mengetahui faktor yang mempengaruhi karakteristik rencana yang
meliputi keseriusan kondisi dan motivasi klien, menentukan waktu/lamanya
penanganan, faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi penanganan dan prognosis
konselor bagi keberhasilan penanganan.
MasyaAllah,sangat membantu sekali
BalasHapusSemakin menambah wawasan saya dalam konteks BK
Terima kasih atas infonya😊
sangat membantu sekali infonya bisa menambah wawasan dalam bidang BK
BalasHapus