BAB I
PENDAHULUAN
1.Latar
Belakang
Seperti
kesehatan fisik, kesehatan mental merupakan aspek sangat penting bagi setiap
fase kehidupan manusia. Keshatan mental terentang dari yang baik sampai dengan
yang buruk. Setiap orang, mungkin dalam hidupnya mengalami kedua sisi rentangan
tersebut, kadang-kadang keadaan mentalnya sangat sehat, tetapi dilain waktu
justru sebaliknya. Pada saat mengalami masalah kesehatan mental, seseorang
membutuhkan pertolongan orang lain untuk mengatasi masalah yang dihadapinya
tersebuit. Kesalahan mental dapat memberikan dampak terhadap kehidupan
sehari-hari atau masa depan seseorang termasuk anak-anak dan remaja. Merawat
dan melindungi keshatan mental anak-anak merupakan aspek yang sangat penting
yang dapat membantu perkembangan anak yang lebih baik di masa depan.
2.
Rumusan Masalah
A.
Bagaimana Perkembangan Kesehatan
Mental Pra Ilmiah ?
B.
Bagaimana Perkembangan Keehatan
Mental Era Modern ?
C.
Bagaimana Kesehatan Mental Dalam
Sejarah Keilmuan Islam ?
D.
Siapa Saja Tokoh Kesehatan Mental
dalam Islam ?
3.
Tujuan
Agar
pembaca dapat mengerahui dan menjelaskan perkembangan sejarah kesehatan mental
dari barat dan islam
BAB II
PEMBAHASAN
A. Era pra Ilmiah
1.
Kepercayaan Animisme
Sejak
zaman dulu sikap terhadap gangguan kepribadian atau mental telah muncul dalam
konsep primitif animeisme, ada kepercayaan bahwa dunia ini diawasi atau
dikuasisi oleh roh-roh atau dewa-dewa. Orang primitrif percaya bahwa angin
bertiup, ombak mengalun, batu berguling, dan pohon tumbuh karena pengaruh roh
yang tinggal dalam benda-benda tersebuit.
Orang
yunani percaya bahwa gangguan mental terjadi karena dewa marah dan membawa
pergi jiwanya. Untuk menghindari kemarahannya, maka mereka mengadakan perjamuan
pesta (sesaji) dengan mantra dari korban.
2.
Kemunculan Naturalisme
Perubahan
sikap terhadap tradisi animisme terjadi pada zaman Hipocrates (460-467). Dia
dan pengikuutnya mengembangkan pandangan revolusioner dalam pengobatan, yaitu
dengan menggunakan pendekatan ”Naturalisme”, suatu aliran yang berpendapat
bahwa gangguan mental atau fisik itu merupakan akibat dari alam. Hipocrates
menolak pengaruh roh, dewa, syetan atau hantui sebagai penyebab sakit. Dia
menyatakan: ”Jika anda memotong batok kepala, maka anda akan menemukan otak
yang basah, dan memicu bau yang amis, akan tetapi anda tidak akan melihat roh,
dewa atau hantuyang melukai badan anda”.
Ide
naturalkistik ini kemudian dikembangkan oleh Galen, seorang tabib dalam
lapangan pekerjaan pemeriksaan atau pembedahan hewan.
Dalam
perkembangan selajutnya, pendekatan naturalistik ini tidak dipergunakan lagi
dikalangan orang-orang kristen. Seorang dokter perancis, Philipe Pinel
(1745-1826) menggunakan filasafat politik dan sosial yang baru untuk memecahkan
problem penyakit mental. Dia telah terpilih menjadi kepala Rumah Sakit Bicetre
di Paris. Di rumah sakit ini, para pasiennya (yang maniac) dirantai, diikat
ditembok dan ditempat tidur. Para pasien yang telah dirantai selama 20 tahun
atau lebih, adan mereka dipandang sangat berbahaya dibawa jalan-jalan disekitar
ruimah sakit. Akhirnya, diantara mereka banyak yang berhasil, mereka tidak
menunjukkan lagi kecenderungan untuk melukai atau merusak dirinya sendiri.
B. Era Ilmiah (Modern)
Perubahan
yang sangat berarti dalam sikap dan era pengobatan gangguan mental, yaitu dari
animisme (irrasional) dan tradisional ke sikap dan cara yang rasional (ilmiah),
terjadi pada saat berkembangnya Psikologi Abnormal dan psikiatri di Amerika
Serikat, yaitu pada tahun 1783. ketika itu benyamin rush (1745-1813) menjadi
anggota staff medis dirumah sakit Penisylvania. Dirumah sakit ini ada 24 pasien
yang dianggap sebagai ”lunaties” (orang-orang gila atau sakit ingatan).
Pada
waktu itu sedikit sekali pengetahuan tentang penyakit kegilaan tersebut, dan
kurang mengetahui bagaimana menyembuhkannya. Sebagai akibatnya, pasien-pasien
tersdebut didukung dalam sel yang kurang sekali alat ventilasinya, dan mereka
sekali-sekali digugur dengan air.
Rush
melakukan usaha yang sangat berguna untuk memahami orang-orang yang menderita
gangguan mental tersebut. Cara yang ditempuhnya adalah dengan melalui penulisan
artikel-artikel dalam koran, ceramah, dan pertemuan-pertemuan lainnya.
Akhirnya, setelah usaha itu dilakukan (selama 13tahun), yaitu pada tahun 1796,
dirumah mental. Ruangan ini dibedakan untuk pasien wanita dan pria. Secara
berkesenimbungan, rush mengadakan pengobatan kepada para pasien dengan
memberikan dorongan (motivasi) untuk mau bekerja, rekreasi, dan mencari
kesenangan.
Perkembangan
psikologi abnormal dan pskiatri ini memberikan pengaruh kepada lahirnya Mental
Hygiene yang berkembang menjadi suatu ”Body Of Knowledge” berikut
gerakan-gerakan yang teorganisir.
Perkembangan
kesehatan mental dipengaruhi oleh gagasan, pemikiran dan inspirasi para ahli,
dalam hal ini terutama dari dua tokoh perintis, yaitu Dorothea Lynde Dix dan
Clifford Whittingham Beers. Kedua orang ini banyak mendedikasikan hidupnya
dalam bidang pencegahan gangguan mental dan pertolongan bagi orang-orang miskin
dan lemah. Dorthea Lynde Dix lahir pada tahun 1802 dan meninggal duinia tanggal
17 July 1887. dia adalah seorang guru sekolah di Massachussets, yang menaruh
perhatian terhadap orang-orang yang mengalami gangguan mental. Sebagian
perintis (pioneer), selama 40tahun dia berjuang untuk memberikan pengorbanan
terhadap orang-orang gila secara lebih manusiawi.
Usahanya
mula-mula diarahkan pada para pasien mental dirumah sakit. Kemudian diperluas
kepada para penderita gangguan mental yang dikurung dirumah-rumah penjara.
Pekerjaan Dix ini merupakan faktror penting dalam membangun kesadaran masyarakat
umum untuk memperhatikan kebutuhan para penderita gangguan mental. Berkat
usahanya yang tak kenal lelah, di Amerika serilkat didirikan 32 rumah sakit
jiwa, dimana dia layak mendapat pujian sebagai salah seorang wanita besar di
abad 19.
Pada
tahun 1909, gerakan kesehatan mental secara formal mulai muncul. Selama dsekade
1900-19090 beberpa organisasi kesehetran mental telah didirikan, sepert:
American Social Hygiene Associatin (ASHA), dan American Federation for Sex
Hygiene.
Perkembangan
gerakan-gerakan dibidang kesehatan mental ini tidak lepas dari jasa Clifford
Whittingham Beers (1876-1943). Bahkan, karena jasa-jasanya itulah, dia
dinobatkan sebagai ”The Founder Of The Mental Hygiene Movement”. Dia terkenal
karena pengalamannya yang luas dalam bidang pencegahan dan pengobatan gangguan
mental dengan cara yang sangat manusiawi.
Dedikasi
Beers yang begitu kuat dalam kesehatan mental, dipengaruhi juga oleh
pengalamannya sebagai pasien dibeberapa rumah sakit jiwa yang berbeda. Selama
dirumah sakit, dia mendapatkan pelayanan atau pengobatan yang keras dan kasar
(kuarang manusia). Kondisi seperti ini terjadi, karena pada masa itu belum ada
perhatian terhadap masalah gangguan mental, apalagi pengobatannya.
Setelah
dua tahun mendapatkan perawatan dirumah sakit dia mulai memperbaiki dirinya,
dan selama tahun terakhirnya sebagai pasien, dia mulai mengembangkan gagasan
untuk membuat suatu gerakan untuk melindungi orang-orang yang mengalami
gangguan mental atau orang gila (insane). Setelah dia kembali dalam kehidupan
yang normal (sembuh dari penyakitnya), pada tahun 1908 di menindaklanjuti
gagasannya demngan mempublikasikan sebuah tulisan autobiografinya sebagai,
mantan penderita gangguan mental, yang berjudul ”A Mind That Found It Self”.
Kehadiran buku ini disambut baik oleh Willian james, sebagai seorang pakar
psikologi. Dalam buku ini, dia memberikan koreksi terhadap program pelayanan,
perlakuan atau ”treatment” yang diberikan kepada para pasien dirumah
sakit-rumah sakit yang dipandangnya kurang manusiawi. Disamping itu dia
melupakan reformasi terhadap lembaga yang diberikan perawatan gangguan mental.
Beers meyakini bahwa penyakit atau gangguan mental dapat
dicegah atau disembuhkan. Selanjutnya dia merancang suatu program yang bersifat
nasional tujuan:
- Mereformasi
program perawatan dan pemngobatan terhadap orang-orang pengidap penyakit
jiwa.
- Melakukan
penyebaran informasi kepada masyarakat agar mereka memiliki pemahaman dan
sikap yang positif terhadap para pasien yang mengidap gangguan atau
penyakit jiwa
- Mendorong
dilakukannya berbagai penelitian tentang kasus-kasus dan pengobatan
gangguan mental.
- Mengembangkan
praktik-praktik untuk mencegah gangguan mental.
Program
Beers ini ternyata mendapat respon positif dari kalangan masyarakat, terutama
kalangan para ahli, seperti Wlliam James dan seorang Psikiatris ternama, yaitu
Adolf Mayer. Begitu tertariknya terhadap gagasan Beers, Adolf Mayer menyarankan
untuk menamai gerakan itu dengan nama ”Mental Hygiene”. Dengan demikian, yang
mempopulerkan istilah ”Mental Hygiene” adalah Mayer.
Belum lama setelah buku itu diterbitkan, yaitu pada tahun
1908, sebuah organisasio pertama, didirikan, dengan nama ”Connectievt Society
For Mental Hygiene”. Satu tahu kemudian, tepatnya pada tanggal 19 Februari 1909
didirikan ”National Commitye Siciety For Mental Hygiene”, disini Beers diangkat
menjadi sekretarisnya. Organusasi ini bertujuannya.
- Melindungi
kesehatan mental masyarakat
- Menyusun
standar perawatan para pengidap gangguan mental
- Meningkatkan
studi tentang gangguan mental dalam segala bentuknya dan berbagai aspek
yang terkait dengannya.
- Menyebarkan
pengetahuan tentang kasus gangguan mental, pencegahan dan
pengobatannya
- Mengkoordinasikan
lembaga-lembhaga perawatan yang ada
Terkait
dengan perkembangan gerakan kesehatan mental ini, Deutsch mengemukakan bahwa
pada masa dan pasca Perang Dunia I, gerakan kesehatan mental ini
mengkonsentarsikan programnya untuk membantu mereka yang mengalami masalah
serius. Setelah perang usai, gerakan kesehatan mental semakin berkembang dan
cakupan garapannya meliputi berbagai bidang kegiatan, seperti : pendidikan,
kesehatan masyarakat, pengobatan umum, industri, kriminologi, dan kerja sosial.
Secara
hukum, gerakan kesehatan mental ini mendapatkan pengukuhannya pada tanggal 3
Juli 1946, yaitu ketika presiden Amerika Serikat menandatangani ”The National
Mental Helath Act”. Dokumen ini merupakan bluprint yang komprehensif, yang
berisi program-program jangka panjang yang diarahkan untuk meningkatkan
kesehatan mental seluruh warga masyarakat.
Beberapa tujuan yang terkandung dalam dokumen tersebut itu
meliputi:
- Meningkatkan
kesehatan mental seluruh warga masyarakat Amerika Serikat, melalui
penelitian, inevetigasi, eksperimen penanganan kasus-kasus, diagnosis dan
pengobatan.
- Membantu
lembaga-lembaga pemerintah dan swasta yang melakukan kegiatan penelitian
dan meningkatkan koordinasi antara para peneliti dalam melakukan kegiatan
penelitian dan meningkatkan kegiatan dan mengaplikasikan hasil-hasil
penelitiannya.
- Memberikan
latihan terhadap para personel tentang kesehatan mental
- Mengembangkan
dan membantu negara dalam menerapkan berbagai metode pencegahan,
diagnosis, dan pengobatan terhadap para pengidap gangguan mental
Pada
tahun 1950 organisasi kesehatan mental terus bertambah, yaitu dengan berdirinya
”National Association For Mental Health” yang bekerjasama dengan tiga
organisasi swadaya masyarakat lainnya, yaitu ”National Committee For Mental
Hygiene”, ”National Mental Health Foundation”, dan ”Psychiatric Foundation”.
Gerakan
kesehatan mental ini terus berkambang, sehingga pada tahun 1075 di Amerika
serikat terdapat lebih dari seribu tempat perkumpulan kesehatan mental.
Dibelahan dunia lainnya, gerakan ini dikembangkan melalui ”The World Federation
For Mental Health” dan “The World Health Organization”.
C. Kesehatan Mental Dalam Sejarah Keilmuan Islam
1. Peradaban dan Perkembangan
Keilmuan Islam
Setelah
wafatnya Rasullullah SAW, pada hari senin 12 Rabi’ul Awal 11 H/ 8 Juni 632 M,
Islam dengan cepat menyebar ke berbagai penduduk bumi. Hampir 100 tahun setelah
Rasulullah meninggal, Islam telah tersebar dari anak Benua India, keseluruhan
Jazirah Arab, dan sebagian Asia Selatan serta Eropa Timur. Pada Era ini,
perkembangan segi keilmuan Islam, maupun disiplin ilmu-ilmu yang lain berkembang
dengan pesat secara bersamaan. Hampir di dalam berbagai bidang keilmuan yang
sekarang ada mulai dari fisika, kimia, matematika, astronomi, geografi,seni,
sastra, kesehatan dan sebagainya, Islam memiliki tokoh-tokoh yang handal dalam
bidangnya masing-masing. Salah satu ilmu yang menjadi kajian pokok pada masa
itu ialah ilmu tentang jiwa5 (ilmu mental). Jiwa sebagai kajian pokok ilmu
kesehatan mental dirasa amatlah penting keberadaannya karena semua perbuatan,
sifat, serta tingkah laku merupakan refleksi keberadaan jiwa itu sendiri.
Di samping itu dalam
sejarah perkembangan pemikiran dalam islam tentang kejiwaan dan hidup
kerohanian banyak pula ditemukan konsep islam tentang kesehatan jiwa (shihhat
al nafs) yang ditulis oleh ulama klasik. Seperti: Ibnu Rusyd mengartikan
kesehatan jiwa itu dengan takwa. Dalam pengertian ini orang yang sangat sehat
jiwanya adalah orang yang memiliki keimanan dan ketakwaan dalam kehidupan
jiwanya. Takwa sebagai konsep kesehatan jiwa dalam islam bagi Ibnu Rasyd dapat
dimaklumi dan dipahami, karena makna takwa itu luas dan tinggi. Tegasnya Ibnu
Rusyd mengatakan takwa adalah kesehatan jiwa dan hawa nafsu adalah unsure jiwa
yang membuat kehidupan jiwa terganggu dan sakit. Kesehatan jiwa dalam arti
takwa itu berasal dari Allah SWT.
Adapun al-Ghazali
mengistilahkan kesehatan jiwa itu dengan tazkiyat al nafs yang
artinya identik dengan iman dan takwa sebagai yang telah dijelaskan. Ia
mengartikan tazkiyat al nafs itu dengan ilmu penyakit jiwa dan sebab
musababnya, serta ilmu tentang pembinaan dan pengembangan hidup kejiwaan
manusia, suatu pengertian yang identik dengan kesehatan jiwa. Pengertian
tersebut tidak terbatas pada konsepnya pada gangguan dan penyakit kejiwaan
serta perawatan dan pengobatannya, tetapi juga meliputi pembinaan dan
pengembangan jiwa manusia setinggi mungkin menuju kesehatan dan kesempurnaannya
sesuai dengan arti kata tazkiyat itu sendiri dalam pendidikan al-Qur’an
berikut:
Artinya: demi
jiwa dan kesempurnaan (ciptaan)-Nya. Allah menghilangkan kepada jiwa itu
(jalan) kefasikan dan ketakwaan. Sesungguhnya beruntunglah orang yang
melakukan proses tazkiyah (pembinaan takwa) dalam dirinya, sebaliknya merugilah
orang-orang yang mengotori jiwa (mengikuti hawa nafsu dalam pembinaan jiwanya)
atau tadsiyat al naf s. (Q.S. Asy Syamsu: 7-10)
Dari keterangan ayat
diatas dapat pula diambil suatu pedoman bahwa tujuan dari pembinaan dan
pengembangan jiwa itu dalam islam adalah untuk mewujudkan kondisi kesehatan
jiwa yang baik. (al-falah) yang diperoleh melalui pendidikan tazkiyah atau
pembinaan potensi jiwa takwa dalam diri. Sehingga jiwa muthmainnah
menyempurnakan kehidupan mental manusia, dan inilah tujuan yang paling tinggi
dari usaha pembinaan dan pengembangan kesehatan jiwa dalam Islam yang harus
dicapai oleh setiap muslim muslimah.
Dengan demikian
kesehatan jiwa itu juga identik bagi al-Ghazali dengan keimanan dan ketakwaan
dalam arti tazkiyat al nafs. Dari uraian yang telah dikemukakan di atas
dapat ditegaskan bahwa iman dan takwa memiliki relevansi yang sangat erat
sekali dengan soal kejiwaan. Iman dan takwa itulah arti psikologi dan kesehatan
mental yang sesungguhnya bagi manusia dalam Islam.
D. Tokoh Islam dalam Bidang
Kesehatan Mental
Di
dalam bidang kedokteran, maupun kesehatan mental sebagai salah satu disiplin
ilmu yang menyertainya dan tidak dapat dipisahkan. Dunia Islam pada masa lampau
maupun sekarang banyak menghasilkan tokoh-tokoh yang ahli dalam bidang ini,
antara lain seperti Ibnu Sinna, Ibnu Thufayl, Ibnu Nafis, al-Ghaffiki, Bahjat
Mustafa Efendi, Daud al-Antaki, dan sebagainya. Para tokoh tersebut merupakan
tokoh yang terkemuka di dalam dunia kedokteran serta kesehatan mental. Akan
tetapi, kajian tentang kesehatan mental telah jauh ada dan dicetuskan oleh
seorang tokoh Islam bernama Zakariyya ar-Razi6 (251 Hsebelum datangnya
era Ibnu Sinna sampai sekarang). Era ar-Razi merupakan era pengkodifikasian
ilmu-ilmu medis, baik dari al-Qur’an dan al-Hadits maupun pengetahuan Timur dan
Barat seperti India, Persia dan Yunani terus dilakukan dan dikembangkan
dikota-kota besar Islam. Selain beliau orang pertama yang menemukan air raksa
(Hg), sebelum Alexei Mikhailovitsy (1629-1676 M), beliau juga orang pertama
yang menyatakan bahwa kondisi jasmani dari seseorang banyak terpengaruhi oleh
kestabilan jiwa yang dimiliki orang tersebut. Kesetabilan jiwa yang dimiliki
seseorang ditentukan oleh determinan lingkungannya. Oleh karena itu, untuk
mempercepat proses penyembuhan seseorang pasien, maka haruslah dilakukan
upaya-upaya dalam bentuk terapi fisik (seperti dengan pengenalan aroma terapi
dan relaksasi), terapi non fisik (kaitannya dengan agama), serta pemilihan
lingkungan yang tepat guna mendukung terjadinya proses penyembuhan. Pada
perkembangan selanjutnya, pemikiran ar-Razi tentang kesehatan jasmani yang
berakar pada kesehatan mental atau jiwa juga dikembangkan oleh tokoh-tokoh
besar setelahnya seperti Ibn Sina, Ibn Thufayl dan al-Ghaffiki. Pada masa
hidupnya, ar-Razi juga telah menghasilakan beberapa karyanya, yaitu seperti Ath-Thib
al-Mansuri, the Comprehenssive Book, al-Kimya, al-Hawidan Qanun
Fiqh Thibb.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :
Dari uaraian diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa sejarah gerakan keshatan mental mengalami kemajuan yang sangat
pesat. Hal ini dapat terlihat dari kehidupan orang-orang yunani kumo hingga pada
masa modern seperti sekarang ini. Islam memiliki
konsep tersendiri dan khas tentang kesehatan mental. Pandangan islam tentang
kesehatan jiwa berdasarkan atas prinsip
keagamaan dan pemikiran falsafat yang terdapat dalam ajaran-ajaran islam.
Berdasarkan pemikiran diatas maka setidak-tidaknya ada enam prinsip keagamaan
dan pemikiran filsafat yang mendasari
konsep dan pemahaman islam tentang kesehatan jiwa. dapat ditegaskan bahwa
iman dan takwa memiliki relevansi yang sangat erat sekali dengan soal kejiwaan.
Iman dan takwa itulah arti psikologi dan kesehatan mental yang sesungguhnya
bagi manusia dalam Islam.
Dunia
Islam pada masa lampau maupun sekarang banyak menghasilkan tokoh-tokoh yang
ahli dalam bidang ini, antara lain seperti Ibnu Sinna, Ibnu Thufayl, Ibnu
Nafis, al-Ghaffiki, Bahjat Mustafa Efendi, Daud al-Antaki, dan sebagainya.
Saran :
Dalam penulisan makalah ini banyak
terdapat kekurangan baik dari segi isi maupun dari segi penulisan untuk itu
pemakalah minta kritik dan sarannya yang bersifat mendidik untuk kemajuan yang
akan mendatang dari berbagai pihak.
Daftar Pustaka
Yusuf, Syamsu. ”Mental
Hygiene Perkembangan Kesehatan Mental dalam kajian Psikologi dan agama”. Pustaka
Bani Quraisy bandung. Bandung. 2004
😊😊😊😊
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus