A. Pengertian
Tipologi
Pemetaan kepribadian manusia dapat dilakukan dengan dua
pendekatan, yaitu pendekatan tipe dan pendekaan sifat. Tipe (al-namath)
adalah: 1) satu pengelompokan yang bisa di bedakan dari orang lain kerena
memiliki satu sifat khusus; 2) seseorang yang memiliki semua atau
paling banyak ciri-ciri khas di suatu kelompok; 3) satu pola
kalakteristik yang berperan sebagai satu pembimbing untuk
menempatkan individu dalam kategori;
B. Pola
Penelusuran Tipologi Manusia dalam Kepribadian Islam
Penentuan
tipologi kepribadian dalam islam, yang bersumber dari Al-Quran dan Al-Sunnah,
banyak ragamnya. Keragaman itu disebabkan sudut pandang dalam melihat dan
mengklasifikasi ayat atau hadis Nabi saw.
C. Karakter Manusia Dalam Al-Quran
Secara garis besar terdapat tiga
karakter manusia dalam al-qur’an, yaitu karakter mukmin, kafir, dan karakter
munafik. Golongan mukmin dan kafir terdapat dalam ayat berikut:
ُوَٱلَّذِيخَلَقَكُمۡفَمِنكُمۡكَافِرٞوَمِنكُممُّؤۡمِنٞۚوَٱللَّهُبِمَاتَعۡمَلُونَبَصِيرٌ٢
Artinya: Dialah yang menciptakan kamu maka di antara kamu
ada yang kafir dan di antaramu ada yang mukmin. Dan Allah Maha Melihat apa yang
kamu kerjakan.
1. Tafsir surah At-Taghabun Ayat: 2
{هُوَ الَّذِي
خَلَقَكُمْ فَمِنْكُمْ كَافِرٌ وَمِنْكُمْ مُؤْمِنٌ}
Dialah yang menciptakan kamu, maka di antara kamu ada yang
kafir dan ada yang beriman. (At-Taghabun: 2)
Yakni Dialah Yang menciptakan kamu dalam gambaran seperti
ini karena Dia menghendaki kamu seperti itu, maka sudah dipastikan adanya orang
yang beriman dan orang yang kafir. Dia Maha Melihat siapakah yang berhak
mendapat hidayah (petunjuk) dan siapakah yang berhak mendapat kesesatan (dari
kamu). Dia Maha Menyaksikan semua amal perbuatan hamba-hamba-Nya, dan kelak Dia
akan mengadakan pembalasan terhadap mereka atas semuanya itu dengan pembalasan
yang sempurna. Untuk itulah maka disebutkan dalam firman selanjutnya:
{وَاللَّهُ بِمَا
تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ}
Dan
Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (At-Taghabun: 2)
2. Tafsir Surah Al-Anfal Ayat 49
Selain mukmin dan kafir ada golongan
manusia yang berada diantara keduanya, namun justru golongan inilah yang paling
berbahaya dikarenakan sifat kepura-puraannya yang menonjol. Golongan munafik ini
disebutkan dalam ayat berikut:
إِذۡ
يَقُولُ ٱلۡمُنَٰفِقُونَ وَٱلَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ غَرَّ هَٰٓؤُلَآءِ
دِينُهُمۡۗ وَمَن يَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِ فَإِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٞ ٤٩
Artinya Ingatlah, ketika orang-orang munafik dan orang-orang
yang ada penyakit di dalam hatinya berkata: "Mereka itu (orang-orang
mukmin) ditipu oleh agamanya". (Allah berfirman): "Barangsiapa yang
bertawakkal kepada Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana."
{إِذْ يَقُولُ
الْمُنَافِقُونَ وَالَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ غَرَّ هَؤُلاءِ دِينُهُمْ}
(Ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang
yang ada penyakit di dalam hatinya berkata.”Mereka itu (orang-orang mukmin)
ditipu oleh agamanya.” (Al-Anfal: 49)
Ali ibnu AbuTalhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa ketika kedua belah pihak telah berdekatan satu sama lainnya, maka Allah menjadikan bilangan pasukan kaum muslim berjumlah sedikit menurut pandangan mata pasukan kaum musyrik, dan jumlah pasukan kaum musyrik kelihatan sedikit di mata pasukan muslim. Maka pasukan kaum musyrik mengatakan, "Mereka itu (orang-orang mukmin) ditipu oleh agamanya." Sesungguhnya pasukan kaum musyrik mengatakan demikian tiada lain karena mereka melihat jumlah pasukan kaum muslim yang sedikit, sehingga mereka menduga bahwa dirinya pasti dapat mengalahkan pasukan kaum muslim, tanpa diragukan lagi. Maka Allah Swt. berfirman:
Ali ibnu AbuTalhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa ketika kedua belah pihak telah berdekatan satu sama lainnya, maka Allah menjadikan bilangan pasukan kaum muslim berjumlah sedikit menurut pandangan mata pasukan kaum musyrik, dan jumlah pasukan kaum musyrik kelihatan sedikit di mata pasukan muslim. Maka pasukan kaum musyrik mengatakan, "Mereka itu (orang-orang mukmin) ditipu oleh agamanya." Sesungguhnya pasukan kaum musyrik mengatakan demikian tiada lain karena mereka melihat jumlah pasukan kaum muslim yang sedikit, sehingga mereka menduga bahwa dirinya pasti dapat mengalahkan pasukan kaum muslim, tanpa diragukan lagi. Maka Allah Swt. berfirman:
{وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ
فَإِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ}
Barang siapa yang tawakal kepada
Allah, maka sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (Al-Anfal : 49)
Qatadah mengatakan bahwa pasukan kaum musyrik melihat segolongan dari pasukan kaum muslim memaksakan dirinya menjalankan perintah Allah. Dan diceritakan kepada kami bahwa Abu Jahal —musuh Allah— tatkala berhadapan dengan Nabi Muhammad Saw. dan para sahabatnya berkata, "Demi Allah, Allah tidak akan disembah lagi sesudah hari ini." Ungkapan ini dikatakannya dengan kekerasan hati dan kecongkakannya.
Ibnu Juraij telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: (Ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya berkata. (Al-Anfal: 49) Mereka adalah dari kalangan orang-orang munafik di Mekah, mereka mengucapkan kata-kata tersebut dalam Perang Badar.
Qatadah mengatakan bahwa pasukan kaum musyrik melihat segolongan dari pasukan kaum muslim memaksakan dirinya menjalankan perintah Allah. Dan diceritakan kepada kami bahwa Abu Jahal —musuh Allah— tatkala berhadapan dengan Nabi Muhammad Saw. dan para sahabatnya berkata, "Demi Allah, Allah tidak akan disembah lagi sesudah hari ini." Ungkapan ini dikatakannya dengan kekerasan hati dan kecongkakannya.
Ibnu Juraij telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: (Ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya berkata. (Al-Anfal: 49) Mereka adalah dari kalangan orang-orang munafik di Mekah, mereka mengucapkan kata-kata tersebut dalam Perang Badar.
Dari ketiga golongan manusia
tersebut selanjutnya dapat dilihat karakter yang melekat pada mukmin, kafir dan
munafik pada penjelasan dibawah ini:
a. Karakter Orang Mukmin
Adapun karakter orang mukmin telah
disebutkan oleh Allah swt dalam Al-Qur’an surat Al-Mukminun dan
Al-furqan berikut:
1) Kusyuk dalam Shalat
قَدۡ
أَفۡلَحَ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ١ٱلَّذِينَ هُمۡ فِي صَلَاتِهِمۡ خَٰشِعُونَ ٢
Artinya: Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman.
(yaitu) orang-orang yang khusyu´ dalam sembahyangnya.
2) Meninggalkan Pekerjaan
yang Tidak Bermanfaat
وَٱلَّذِينَ
هُمۡ عَنِ ٱللَّغۡوِ مُعۡرِضُونَ ٣
Artinya: dan orang-orang yang menjauhkan diri dari
(perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna.
3) Rendah Hati
وَعِبَادُ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلَّذِينَ
يَمۡشُونَ عَلَى ٱلۡأَرۡضِ هَوۡنٗا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ ٱلۡجَٰهِلُونَ قَالُواْ
سَلَٰمٗا ٦٣
Artinya: Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu
(ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila
orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang
mengandung) keselamatan.
4) Mau Membayar Zakat dan
tidak Berlebihan (proporsional)
وَٱلَّذِينَ
هُمۡ لِلزَّكَوٰةِ فَٰعِلُونَ ٤
Artinya: dan orang-orang yang menunaikan zakat
وَٱلَّذِينَ إِذَآ أَنفَقُواْ لَمۡ
يُسۡرِفُواْ وَلَمۡ يَقۡتُرُواْ وَكَانَ بَيۡنَ ذَٰلِكَ قَوَامٗا ٦٧
Artinya: Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta),
mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu)
di tengah-tengah antara yang demikian.
5) Menjaga Kemaluan
وَٱلَّذِينَ هُمۡ لِفُرُوجِهِمۡ
حَٰفِظُونَ ٥ إِلَّا عَلَىٰٓ أَزۡوَٰجِهِمۡ أَوۡ مَا مَلَكَتۡ أَيۡمَٰنُهُمۡ
فَإِنَّهُمۡ غَيۡرُ مَلُومِينَ ٦
Artinya: Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya. kecuali
terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya
mereka dalam hal ini tiada tercela.
6) Tidak Menyekutukan
Allah, Tidak Membunuh Kecuali dengan Hak dan Tidak Berzina
وَٱلَّذِينَ لَا يَدۡعُونَ مَعَ
ٱللَّهِ إِلَٰهًا ءَاخَرَ وَلَا يَقۡتُلُونَ ٱلنَّفۡسَ ٱلَّتِي حَرَّمَ ٱللَّهُ
إِلَّا بِٱلۡحَقِّ وَلَا يَزۡنُونَۚ وَمَن يَفۡعَلۡ ذَٰلِكَ يَلۡقَ أَثَامٗا ٦٨
Artinya Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain
beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya)
kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang
melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya).
7) Memelihara Amanat dan
Menepati Janji
وَٱلَّذِينَ
هُمۡ لِأَمَٰنَٰتِهِمۡ وَعَهۡدِهِمۡ رَٰعُونَ ٨
Artinya: Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang
dipikulnya) dan janjinya.
8) Menjaga Shalat
وَٱلَّذِينَ
هُمۡ عَلَىٰ صَلَوَٰتِهِمۡ يُحَافِظُونَ ٩
Artinya: dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya.
وَٱلَّذِينَ
يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمۡ سُجَّدٗا وَقِيَٰمٗا ٦٤
Artinya: Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud
dan berdiri untuk Tuhan mereka.
9) Bertaubat dan Beramal
Shaleh
وَمَن
تَابَ وَعَمِلَ صَٰلِحٗا فَإِنَّهُۥ يَتُوبُ إِلَى ٱللَّهِ مَتَابٗا ٧١
Artinya: Dan orang-orang yang bertaubat dan mengerjakan amal
saleh, maka sesungguhnya dia bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya
10) Tidak Memberi Kesaksian Palsu
وَٱلَّذِينَ
لَا يَشۡهَدُونَ ٱلزُّورَ وَإِذَا مَرُّواْ بِٱللَّغۡوِ مَرُّواْ كِرَامٗا ٧٢
Artinya: Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian
palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan
perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga
kehormatan dirinya.
11) Selalu Berdoa Memohon Perlindungan Kepada
Allah
وَٱلَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبۡ
لَنَا مِنۡ أَزۡوَٰجِنَا وَذُرِّيَّٰتِنَا قُرَّةَ أَعۡيُنٖ وَٱجۡعَلۡنَا
لِلۡمُتَّقِينَ إِمَامًا ٧٤
Artinya: Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami,
anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai
penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.
Dari penjelasan dalam surat
Al-Mukminun, Samiun Jazuli menyebutkan beberapa karakter orang mukmin antara
lain: tenang, lemah lembut, menghidupkan malam dengan memperbanyak
shalat, berinfaq tepat pada sasarannya dan secara proporsional, tidak
menyekutukan Allah, tidak mudah menghilangkan nyawa dan tidak berzina, bertaubat
dan mengerjakan amal shaleh, tidak memberikan persaksian palsu, tidak
terpengaruh pada orang-orang yang mengerjakan pekerjaan yang bermanfaat, dan
berdoa kepada Allah mengharapkan agar menjadi imam bagi orang-orang yang
bertakwa.
Sedangkan As-Sa’di menguraikan
beberapa karakter mukmin antara lain: takut kepada Allah baik saat sendiri
maupun berkumpul dengan orang lain,memenuhi semua perintah yang disampaikan
kepada mereka, hatinya bergetar karena rasa patuh yang mendalam, hanya kepada
Allah tempat mengembalikan berbagai persoalan, khusyu’ dalam setiap keadaan,
terutama saat mendirikan shalat, menjauhi hal-hal yang sia-sia, menunaikan
zakat, menjaga kehormatan, menjaga manah, dan menepati janji.
Selanjutnya Samiun Jazuli dalam
bukunya menguraikan bahwa orang mukmin tersebut dikualifikasikan dalam
instrument orang-orang yang akan memperoleh kemenangan
b. Karakter Orang Kafir
Kata Kafir dalam bahasa Arab berasal
dari kata كافر kāfara ; plural كفّار kuffār secara harfiah berarti orang yang
menutupi, menolak sesuatu dengan yang lain atau menyembunyikan, mengingkari
suatu kebenaran. Dalam istilah terminologi kultural kata ini digunakan dalam
agama Islam merujuk kepada orang-orang yang mengingkari nikmat dari Allah
(sebagai lawan dari kata syakir, yang berarti orang yang bersyukur).
Di dalam Al Qur’an, kitab suci agama
Islam, kata dan sifat-sifat orang kafir dan variasinya dituliskan dalam
beberapa ayat dalam Surah Al-Baqarah, antara lain:
1) Tidak Mau Menerima Nasihat
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا سَوَاءٌ
عَلَيْهِمْ أَأَنْذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ خَتَمَ
اللَّهُ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ وَعَلَىٰ سَمْعِهِمْ ۖ وَعَلَىٰ أَبْصَارِهِمْ
غِشَاوَةٌ ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi
mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak akan
beriman.”
Ayat ini menyebutkan golongan orang
kafir bahwa seolah tidak ada gunanya berdakwah terhadap orang-orang kafir.
Karena kekafiran yang begitu mendalamlah sehingga membuat mereka tidak beriman.
Di samping itu, Allah tidak memberikan hidayah kepadanya.
Tentang golongan kafir ini, Rasyid
Ridha dalam Tafsir Al-Manar mengklasifikasikan menjadi tiga macam. Pertama, orang yang mengetahui kebenaran namun ia dengan
sengaja mengingkarinya. Jumlah orang kafir inilah yang paling sedikit. Kedua, orang yang tidak mengetahui kebenaran,
namun tidak ingin mengetahuinya dan tidak suka untuk mengetahuinya. Mereka
bersikap masa bodoh dan tidak peduli dengan kebenaran. Ketiga, orang yang telah sakit jiwa dan hatinya.
Ia tidak merasakan nikmatnya kebenaran. Tak ada ketertarikan di dalam hati
mereka untuk menemukan kebenaran.
Menurut Ibnu Abbas, orang-orang
kafir yang telah tertutup hati, telinga, dan mata mereka itu adalah orang-orang
Yahudi, seperti Ka’ab bin al-Asyraf, Huyay bin Akhthab, dan Juday bin Akhthab.
Namun ada juga yang berpendapat, mereka adalah orang-orang musyrik Mekkah,
seperti Utbah, Syaibah, dan al-Walid.
2) Berburuk Sangka terhadap Takdir Allah
إِنَّ اللَّهَ لاَ يَسْتَحْيِي أَن
يَضْرِبَ مَثَلاً مَّا بَعُوضَةً فَمَا فَوْقَهَا فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُواْ
فَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِن رَّبِّهِمْ وَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُواْ
فَيَقُولُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَذَا مَثَلاً يُضِلُّ بِهِ كَثِيراً وَيَهْدِي
بِهِ كَثِيراً وَمَا يُضِلُّ بِهِ إِلاَّ الْفَاسِقِينَ
Artinya : “Sesungguhnya Allah tidak segan-segan membuat
perumpamaan nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang
yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan
mereka, tetapi yang kafir mengatakan: “Apakah maksud Allah menjadikan ini
untuk perumpamaan? Dengan
perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah dan dengan perumpamaan
itu pula banyak orang yang diberinya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan
Allah kecuali orang-orang yang fasik”.
Dalam ayat ini Allah menjelaskan
bahwa Dia tidak keberatan untuk membuat perumpaan dengan seekor nyamuk dan
seumpamanya, atau yang lebih kecil lagi. Justru kehebatan sebenarnya terletak
pada satu perkara yang unik dan sulit dilakukan penelitian. Yakni tiadalah yang
dapat memahami hikmah di balik setiap perumpamaan ayat-ayat Al-Quran melainkan
orang-orang yang mendalami ilmu pengetahuan. Pastinya setiap perumpamaan itu
perlu direnungi untuk di ambil pelajaran dan sangat berguna buat kehidupan.
3) Menyebut-nyebut Pemberian dan Menyakiti Perasaan Penerima
بِالْمَنِّ وَالأذَى كَالَّذِي
يُنفِقُ مَالَهُ رِئَاء النَّاسِ وَلاَ يُؤْمِنُ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ
فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ
صَلْدًا لاَّ يَقْدِرُونَ عَلَى شَيْءٍ مِّمَّا كَسَبُواْ وَاللّهُ لاَ يَهْدِي
الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti
(perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya
kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka
perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian
batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah).
Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir”
Di akhir ayat tersebut, Allah
menyebut orang-orang kafir yang memiliki perilaku khusus seperti yang
diterangkan pada kalimat sebelumnya. Walaupun ayat ini ditujukan kepada
orang-orang yang beriman, namun mereka diingatkan untuk tidak memiliki sifat
dan perilaku orang-orang kafir yang menyebut-nyebut pemberian serta menyakiti hati
penerimanya.
c. Karakter Orang Munafik
Munafik adalah merupakan salah satu
penyakit yang merusak hati umat manusia. Karakter utama orang munafik
adalah adanya ketidaksesuaian antara apa yang diucapkan dengan apa yang ada
didalam hati mereka, sebagaimana Ibrahim menjelaskan bahwa nifak secara bahasa
berarti sikap yang berbeda antara lahir dan batin. Ia kemudian membagi munafik
dalam dua macam yaitu nifak i’tiqadi (keyakinan) dan nifak ‘amali (perbuatan).
Beberapa karakter orang
munafik dalam Al-qur’an dinyatakan dalam ayat-ayat berikut:
1) Pendusta
إِذَا جَآءَكَ ٱلۡمُنَٰفِقُونَ
قَالُواْ نَشۡهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ ٱللَّهِۗ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ إِنَّكَ
لَرَسُولُهُۥ وَٱللَّهُ يَشۡهَدُ إِنَّ ٱلۡمُنَٰفِقِينَ لَكَٰذِبُونَ ١
Artinya: Apabila orang-orang munafik
datang kepadamu, mereka berkata: "Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu
benar-benar Rasul Allah". Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu
benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang
munafik itu benar-benar orang pendusta.
وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَقُولُ
ءَامَنَّا بِٱللَّهِ وَبِٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ وَمَا هُم بِمُؤۡمِنِينَ ٨
Artinya: Diantara manusia ada yang
mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian," padahal
mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.
2) Menghalangi
Manusia dari Jalan Allah
ٱتَّخَذُوٓاْ أَيۡمَٰنَهُمۡ جُنَّةٗ
فَصَدُّواْ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِۚ إِنَّهُمۡ سَآءَ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ ٢
Artinya: Mereka itu menjadikan
sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan
Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan.
3) Sombong
dan Tidak Mau Beriman
وَإِذَا قِيلَ لَهُمۡ تَعَالَوۡاْ
يَسۡتَغۡفِرۡ لَكُمۡ رَسُولُ ٱللَّهِ لَوَّوۡاْ رُءُوسَهُمۡ وَرَأَيۡتَهُمۡ
يَصُدُّونَ وَهُم مُّسۡتَكۡبِرُونَ ٥
Artinya: Dan apabila dikatakan
kepada mereka: Marilah (beriman), agar Rasulullah memintakan ampunan bagimu,
mereka membuang muka mereka dan kamu lihat mereka berpaling sedang mereka
menyombongkan diri.
4) Membuat
Kerusakan
وَإِذَا قِيلَ لَهُمۡ لَا تُفۡسِدُواْ
فِي ٱلۡأَرۡضِ قَالُوٓاْ إِنَّمَا نَحۡنُ مُصۡلِحُونَ ١١ أَلَآ إِنَّهُمۡ هُمُ
ٱلۡمُفۡسِدُونَ وَلَٰكِن لَّا يَشۡعُرُونَ١٢
Artinya: Dan bila dikatakan kepada
mereka: "Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi". Mereka
menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan
perbaikan". Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang
membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.
5) Menganggap
Orang Beriman sebagai Orang yang Bodoh
وَإِذَا قِيلَ لَهُمۡ ءَامِنُواْ كَمَآ
ءَامَنَ ٱلنَّاسُ قَالُوٓاْ أَنُؤۡمِنُ كَمَآ ءَامَنَ ٱلسُّفَهَآءُۗ أَلَآ
إِنَّهُمۡ هُمُ ٱلسُّفَهَآءُ وَلَٰكِن لَّا يَعۡلَمُونَ١٣
Artinya: Apabila dikatakan kepada
mereka: "Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman".
Mereka menjawab: "Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh
itu telah beriman?" Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang
bodoh; tetapi mereka tidak tahu.
Dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan
bahwa karakter orang munafik dalam surat Al-Baqarah merupakan sifat-sifat yang
banyak dimiliki oleh orang-orang di Madinah setelah nabi Muhammad saw hijrah ke
Madinah. Orang munafik yang dimaksud adalah para pembesar yang menyatakan diri
sebagai Muslim tetapi sesungguhnya mereka tidak beriman.
Sayyed Qutub menambahkan bahwa
orang-orang munafik di Madinah adalah para pembesar yang berpura-pura
menyatakan diri masuk Islam, tetapi mereka tidak pernah melupakan
kedudukan mereka yang merasa lebih tinggi kedudukannya dari pada masyarakat
umum, sehingga bersifat sombong dan menganggap orang lain bodoh.
Selain ayat-ayat diatas, Ada sebuah
hadits yang menyatakan sifat-sifat orang munafik sebagai berikut:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ
إِذَا
حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ
أَخْلَفَ وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ
Artinya: …Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga, yaitu;
jika berbicara berdusta, jika berjanji mengingkari dan jika dipercaya
berkhianat."
Berdasarkan ayat dan hadits diatas,
dapat digaris bawahi bahwa karakter oranng-orang munafik antara lain: berdusta
dengan mengaku beriman tetapi dalam harinya tetap ingkar kepada Allah, sombong
dan tidak mau beriman, menganggap orang beriman sebagai orang-orang yang bodoh, ingkar
janji, dan tidak dapat dipercaya.
0 Response to "Tafsir Konseling"
Posting Komentar