Teori Analisis Transaksional


BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah
Analisis transaksional adalah salah satu pendekatan Psychotherapy yang menekankan pada hubungan interaksional. Analisis transaksional dapat dipergunakan untuk terapi individual, tetapi terutama untuk pendekatan kelompok. Pendekatan ini menekankan pada aspek perjanjian dan keputusan. Melalui perjanjian ini tujuan dan arah proses terapi dikembangkan sendiri oleh klien, juga dalam proses terapi ini menekankan pentingnya keputusan-keputusan yang diambil oleh kien. Maka proses terapi mengutamakan kemampuan klien untuk membuat keputusan baru, guna kemajuan hidupnya sendiri.
Analisis transaksional dikembangkan oleh Eric Berne tahun 1960. Dalam mengembangkan pendekatan ini Eric Berne menggunakan berbagai bentuk permainan antara orang tua, orang dewasa dan anak.
Berne mengamati bahwa kehidupan sehari-hari banyak ditentukan oleh bagaimana ketiga status ego (anak, dewasa, dan orang tua) saling berinteraksi dan hubungan transaksional antara ketiga status ego itu dapat mendorong pertumbuhan diri juga dapat merupakan sumber-sumber gangguan psikologis.

B.  Rumusan Masalah
1.    Apa nama pendekatan dan tokoh analisis transaksional?
2.    Bagaimana konsep dasar dari pendekatan analisis transaksional?
3.    Apa hakikat manusia pendekatan analisis transaksional?
4.    Apa hakikat konseling dalam pendekatan analisis transaksional?
5.    Bagaimana karakteristik konseling analisis transaksional?
6.    Bagaimana asumsi perilaku bermasalah dalam pendekatan analisis transaksional?
7.    Apa tujuan konseling dengan pendekatan analisis transaksional?
8.    Apa peran dan fungsi konselor dalam pendekatan analisis transaksional?
9.    Bagaimana hubungan konselor dengan klien dalam pendekatan analisis transaksional?
10.              Apa tahap-tahap konseling dalam pendekatan analisis transaksional?
11.              Bagaimana deskripsi proses konseling dalam pendekatan analisis transaksional?
12.              Apa teknik-teknik konseling dalam pendekatan analisis transaksional?
13.              Apakah ada kelebihan ataupun kekurangan dalam penggunaan pendekatan analisis transaksional?
14.              Bagaimana contoh penerapan dalam pendekatan analisis transaksional?

C.  Tujuan Masalah
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk:
1.    sebagai tugas mata kuliah Model-Model Konseling 1 dan untuk mengetahui teori pendeketan analisis transaksional.
2.    Sebagai latihan menulis dan menyusun karya ilmiah mahasiswa.
3.    Sebagai sumber informasi untuk mahasiswa/orang lain.



Description: Description: UPS BW2.jpgBAB II
PEMBAHASAN

A.  Nama Pendekatan dan Tokoh
Teori analisis transaksional merupakan karya besar Eric Berne (1964), yang ditulisnya dalam buku Games People Play. Berne adalah seorang ahli ilmu jiwa terkenal dari kelompok Humanisme. Teori analisis transaksional merupakan teori terapi yang sangat populer dan digunakan dalam konsultasi pada hampir semua bidang ilmu-ilmu perilaku. Teori analisis transaksional telah menjadi salah satu teori komunikasi antarpribadi yang mendasar.
Kata transaksi selalu mengacu pada proses pertukaran dalam suatu hubungan. Dalam komunikasi antarpribadi pun dikenal transaksi. Yang dipertukarkan adalah pesan-pesan baik verbal maupun nonverbal. Analisis transaksional sebenarnya ber­tujuan untuk mengkaji secara mendalam proses transaksi (siapa-­siapa yang terlibat di dalamnya dan pesan apa yang dipertukarkan).
Secara singkat Berne mendefinisikan pengertian dari analisis transaksi sebagai: “Ein Transaktions-Stimulus plus eine Transaktions-Reaktion” (Joines dalam Eschenmoser, 2008:23). Pernyataan ini berarti bahwa sebuah transaksi terdiri dari sebuah stimulus dan sebuah reaksi. Dengan kata lain, syarat terbentuknya sebuah transaksi adalah adanya hubungan timbal balik antara stimulus yang diungkapkan penutur dan respon yang diungkapkan oleh lawan bicaranya.
Analisis Transaksional  adalah salah satu pendekatan Psychotherapy yang menekankan pada hubungan interaksional. Transaksional maksudnya ialah hubungan komunikasi antara seseorang dengan orang lain. Adapun hal yang dianalisis yaitu meliputi bagaimana bentuk cara dan isi dari komunikasi mereka. Dari hasil analisis dapat ditarik kesimpulan apakah transaksi yang terjadi berlangsung secara tepat, benar dan wajar. Bentuk, cara dan isi komunikasi dapat menggambarkan apakah seseorang tersebut sedang mengalami masalah atau tidak. Analisis Transaksional dapat dipergunakan untuk terapi individual, tetapi terutama untuk pendekatan kelompok. Analisis transaksional berfokus pada keputusan – keputusan awal yang dibuat oleh klien dan menekankan kemampuan klien untuk membuat keputusan baru.
Analisis Transaksional (AT) merupakan psikoterapi transaksional yang dapat digunakan dalam konseling individual, tetapi lebih cocok digunakan dalam konseling kelompok. Analisis Transaksional melibatkan suatu kontrak yang dibuat oleh klien, yang dengan jelas menyatakan tujuan-tujuan dan arah proses konseling. Analisis Transaksional berfokus pada keputusan-keputusan awal yang dibuat oleh klien dan menekankan kemampuan klien untuk membuat keputusankeputusan baru. Analisis Transactional menekankan aspek-aspek kognitif rasional-behavioral dan berorientasi kepada peningkatan kesadar sehingga klien akan mampu membuat keputusan-keputusan baru dan mengubah cara hidupnya. Berne menemukan bahwa dengan menggunakan AT kliennya membuat perubahan signifikan dalam kehidupan mereka.

B.  Konsep Dasar
Analisis transaksional didasarkan pada asumsi atau anggapan bahwa orang mampu memahami keputusan-keputusannya pada masa lalu dan kemudian dapat memilih untuk memutuskan kembali atau menyesuaikan kembali keputusan yang telah pernah diambil. Berne dalam pandangannya meyakini bahwa manusia mempunyai kapasitas untuk memilih dan dalam tingkat kesadaran tertentu individu dapat menjadi mandiri dalam menghadapi persoalan-persoalan hidupnya.
Menurut Eric Berne status ego adalah suatu pola perasaan dan pengalaman yang tetap, keadaan ego seseorang tidak tergantung pada umur. Oleh karena itu apapun pekerjaan/jabatan seseorang, ia tetap memiliki 3 jenis status ego.
Analisis transaksional sebagai suatu sistem terapi yang didasarkan pada suatu teori kepribadian yang memusatkan perhatiannya pada tiga pola perilaku yang berbeda sesuai status egonya:
1.    Status ego orang tua ( SEO )
Adalah bagian dari kepribadian yang menunujukkan sifat-sifat orang tua. Orang tua dalam pandangan kita selalu akan memperlihatkan sebagai nurturing parent (orang tua yang mengasuh) dan critical parent (orang tua yang kritis). Misalnya sikap orang tua yang mengkritik merugikan seperti ”kamu sih terlalu malas, memang kamu bodoh sih, kamu anak bapak yang paling bandel.” status ego orang tua yang sayang seperti memberikan dorongan, memberi semangat, menerima, memberikan rasa aman.
2.    Status ego dewasa ( SED )
Adalah bagian dari kepribadian yang menunjuk pada berbagai gambaran sebagai bagian objektif dari kepribadian. Status egonya memperlihatkan kestabilan, tidak emosional, rasional, bekerja dengan fakta dan kenyataan-kenyataan, selalu berusaha untuk menggunakan informasi yang tersedia untuk menghasilkan pemecahan yang terbaik dalam pemecahan berbagai masalah. Misalnya seorang dosen sedang memeriksa analisis data dari skripsi mahasiswanya dosen mengatakan kenapa anda memilih saya sebagai pembimbingnya, maka mahasiswa menjawab ya pak, karena sepengetahuan saya, bapak ahlinya dan sangat menguasai mengenai permasalahan dalam skripsi saya.
3.    Status ego anak ( SEA )
Adalah bagian dari kepribadian yang menunujukkan ketidakstabilan, masih dalam perkembangan, berubah-ubah, ingin tahu. Status egonya berisi perasaan-perasaan, dorongan-dorongan, dan tindakan-tindakan yang spontan. Misalnya seorang teman menanyakan kenapa kamu kemarin tidak masuk kantor, maka reaksi yang ditanya muncul perasaan takut dan kemudian memberikan jawaban agar dikasihani. Respon ini mewujudkan status ego anak yang menyesuaikan sebagaimana respon yang diberikan jika mendapat teguran dari orang tuanya.

Ada dua perilaku atau sikap anak, yang pertama adalah natural child yaitu yang ditunjukkan dalam sikap impulsive, riang gembira tak social, dan ekspresi secara emosional. Yang kedua adapted child yaitu bagian dari status ego anak yang telah disosialisasikan orang tua dan yang mengatur serta mendorong perilaku natural child.
Berdasarkan teori dasar status ego, maka Harris mengidentifikasi dan menggambarkan empat posisi utama dalam interaksi individu dengan yang lainnya, menunjukkan sifat-sifat dan karakteristik kepribadiannya.
Secara teoritik posisi itu dikonseptualisasikan sebagai berikut :
a.       I’m OK – You’re OK
Posisi ini menunjukkan gambaran kepribadian seseorang yang sangat positif karena secara transaksional apa yang dia pikirkan juga mendapat dukungan orang lain. Keputusan yang diambilnya didasarkan pada keyakinan yang lebih kuat, karena baik dirinya maupun orang lain sama-sama menyetujui.
Individu yang memiliki posisi ini akan merasa aman dalam keberadaannya sebagai manusia dan keberadaan orang lain disekitarnya.
b.      I’m OK – You’re not OK
Posisi ini digunakan individu yang merendahkan orang lain atau mencurigai motif-motif orang lain. Haris disini mengatakan bahwa posisi ini berkembang dari suatu reaksi yang berlebihan terhadap perlakuan not OK. Contoh dari ini adalah perilaku kriminal yang marak, hal ini terjadi akibat dari pengambilan posisi I’m OK – You’re not OK.
Individu yang memiliki posisi ini, mereka adalah individu-individu yang selalu merasa benar dan orang lain salah.
c.        I’m not OK – You’re OK
Posisi ini menunjukkan gambaran kepribadian seseorang sebagai individu yang memerlukan kasih sayang, bantuan, mengharap sesuatu, membutuhkan penghargaan, karena orang itu merasa inferior ( bahwa anak sering mengatakan dirinya tidak mampu dan lemah atau not OK ) dari yang lain.
Seorang individu yang memilih posisi ini akan patuh dan selalu mengikuti perintah orang lain. Posisi ini memang dapat mengarahkan pada kehidupan yang produktif tetapi tidak memuaskan. Dan pada posisi ini sering kali akan menyebabkan anak melakukan pengunduran diri, depresi, dan tindakan bunuh diri karena anak menganggap dirinya itu not OK.
d.       I’m not OK – You’re not OK
Posisi ini menunjukkan gambaran kepribadian seseorang dimana orang tersebut berada dalam keadaan pesimis, putus asa, tidak dapat mengatasi dirinya, juga orang lain tidak dapat membantu, frutasi karena dari transaksi yang ada, baik dirinya sendiri maupun orang lain tidak ada yang OK.
Contoh: karena pengaruh orang tua yang mengetahui anaknya telah cukup umur. Maka orang tua akan mulai menjauh diri dari anaknya karena orang tua berfikir bahwa anaknya sudah cukup umur dan bisa memelihara dirinya.
Posisi ini yang dipilih oleh individu, maka dalam kehidupannya individu tersebut akan hanya melewati hari-hari dan kehidupannya tanpa arti. Dan akan berdampak pada tindakan anak atau perilaku seperti bunuh diri atau pembunuhan.



C.  Hakikat Manusia
Eric Berne sebagai pendiri dan pengembang utama, konseling analisis transaksional memiliki pandangan yang optimis tentang hakikat manusia yaitu manusia pada dasarnya baik. Pandangan ini dapat dikemukakan secara singakat sebagai berikut:
1.    Manusia adalah makhluk yang mempunyai kemampuan untuk hidup sendiri.
Meskipun pengalaman-pengalaman masa lalu terutama perkembangan awal ketika SEO dan SEA mulai terbentuk atau orang tua/ orang penting lainnya banyak memegang peran bagi kehidupan anak sangat mempengaruhi kehidupannya pada masa sekarang. Namun Berne yakin bahwa manusia memiliki potensi untuk mengelola dirinya, termasuk mengatasi masalah-msalah yang dihadapinya sehinngga ia menjadi individu yang otonom dan mandiri-terlepas dari ketergantungan terhadap yang lain.
Berne meyakini bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk membuat rencana-rencana kehidupan kemudian memilih dan memutuskan rencana-rencana terbaik bagi dirinya rencana-rencana yang telah dibuatnya itu terus dimiliki sesuai dengan irama perkembangan hidupnya ia dapat memutuskan rencana yang lebih baik lagi bagi kehidupan selanjutnya. Berdasarkan keyakinan ini, Berney beranggapan bahwa klien yang mengalami tanpa memperhatikan tinggkat kesulitan emosionalnya tidak hanya manusia sebagai mahluk yang memiliki potensi untuk membuat keputusan.
2.    Manusia adalah makhluk yang bertanggung jawab.
Manusia bukan hanya mampu hidup mandiri atau membuat keputusan untuk dirinya, namun ia dapat juga mampu bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya dan konsekuensi yang diakibatkannya.

D.  Hakikat Konseling
Hakikat konseling dalam pendekatan analisis transaksional yaitu perancangan status ego klien dalam bertransaksi sehingga klien mampu mempromosikan dirinya dengan tepat. Serta berupaya untuk merangsang rasa tanggung jawab klien atas tinggah lakunya sendiri, pemikiran yang logis, rasional, tujuan-tujuan yang realistis, berkomunikasi dengan terbuka, wajar, dan pemahaman dalam berhubungan dengan orang lain. Konseling dalam pendekatan ini cenderung kedalam aspek-aspek kognitif dan behavioral serta dirancang untuk membantu orang-orang dalam mengevaluasi keputusan-keputusan yang telah dibuatnya menurut kelayakan sekarang.


E.  Karakteristik Konseling
Konseling analisis transaksional merupakan pendekatan konseling yang tergolong berorientasi kongnitif. Sebagai suatu pendekatan konseling, analisis transaksional memiliki karakteristik antara lain:
1.    Konseling analisis transaksional lebih menitik beratkan perhatiannya pada faktor insight dan pemahaman dalam membantu klien mencapai tingkah lakunya.
2.    Proses konseling analisis transaksioanal bersifat aktif, direktif dan didektif. Dalam hal ini konseling merupakan proses belajar mengajar dimana konselor sebagai pembelajar dan klien sebagai pelajar. Dalam proses tersebut konselor aktif mengajukan pertanyaa-pertanyaan  diri klien dan interaksinya dengan   orang lain, disamping itu ia mengarahkan proses tersebut agar tujuan yang telah disepakati tercapai.
3.    Konseling analisis transaksional pada dasarnya merupakan pendekatan yang dapat digunakan dalam konseling individual akan tetapi sangat cocok untuk konseling kelompok.
4.    Konseling analisis transaksional menekankan pentingnya kontrak dalam proses konseling, yaitu kesepakatan antara konseling dengan klien yang mencerminkan adanya persamaan hak dan kewajiban antara keduanya dalam mengelola proses konseling untuk mencapai tujuan yang diingkan.

F.   Asumsi Perilaku Bermasalah
Menolak konsep adanya sakit mental pada setiap manusia. Perilaku bermasalah hakekatnya terbentuk karena adanya rasa tidak bertanggung jawab terhadap keputusannya. Pada pendekatan analisis transaksional ini berlandaskan suatu teori kepribadian yang berkenaan dengan analisis struktural dan transaksional. Teori ini menyajikan suatu kerangka bagi analisis terhadap tiga kedudukan ego yang terpisah, yaitu: orang tua, dewasa, anak. Sifat kontraktual proses terapeutik analisis transaksional cenderung mempersamakan kedudukan konselor dan klien. Adalah menjadi tanggung jawab klien untuk menentukan apa yang akan diubahnya. Pada dasarnya, analisis transaksional  berasumsi bahwa manusia itu:
1.    Manusia memiliki pilihan-pilihan dan tidak dibelenggu oleh masa lampaunya (Manusia selalu berubah dan bebas untuk menentukan pilihanya). Ada tiga hal yang membuat manusia selalu berubah, yaitu:
a.         Manusia (klien) adalah orang yang “telah cukup lama menderita”, karena itu mereka ingin bahagia dan mereka berusaha melakukan perubahan.
b.        Adanya kebosanan, kejenuhan atau putus asa. Manusia tidak puas dengan kehidupan yang monoton, kendatipun tidak menderita bahkan berkecukupan.
c.         Keadaan yang monoton akan melahirkan perasaan jenuh atau bosan, karena itu individu terdorong dan berupaya untuk melakukan perubahan.
2.    Manusia bisa berubah karena adanya penemuan tiba-tiba. Hal ini merupakan hasil AT yang dapat diamati. Banyak orang yang pada mulanya tidak mau atau tidak tahu dengan perubahan, tetapi dengan adanya informasi, cerita, atau pengetahuan baru yang membuka cakrawala barunya, maka ia menjadi bersemangat untuk menyelidiki terus dan berupaya melakukan perubahan.
3.    Manusia sanggup melampaui pengondisian dan pemprograman awal (manusia dapat berubah asalkan ia mau). Perubahan manusia itu adalah persoalan di sini dan sekarang (here and now). Berbeda dengan psikoanalisis, yang cenderung deterministik, di mana sesuatu yang terjadi pada manusia sekarang ditilik dari masa lalunya. Bagi AT, manusia sekarang memiliki kehendak, karena itu perilaku manusia sekarang adalah persoalan sekarang dan di sini. Kendatipun ada hubungannya dengan masa lalu, tapi bukan seluruhnya perilaku hari ini ditentukan oleh pengalaman masa lalunya.
4.    Manusia bisa belajar mempercayai dirinya dirinya sendiri , berpikir dan memutuskan untuk dirinya sendiri, dan mengungkapkan perasaan-persaannya.
5.    Manusia sanggup untuk tampil di luar pola-pola kebisaaan dan menyeleksi tujuan-tujuan dan tingkah laku baru.
6.    Manusia bertingkah laku dipengaruhi oleh pengharapan dan tuntutan dari orang-orang lain.
7.    Manusia dilahirkan bebas, tetapi salah satu yang pertama dipelajari adalah berbuat sebagaimana yang diperintahkan.

G. Tujuan Konseling
Tujuan utama dari terapi analisis transaksional adalah :
1.    Membantu klien untuk membuat keputusan-keputusan baru dalam mengarahkan atau    mengubah tingkah laku dalam kehidupannya.
2.    Memberikan kepada klien suatu kesadaran serta kebebasan untuk memilih cara-cara serta keputusan-keputusan mengenai posisi kehidupannya serta menghindarkan klien dari cara-cara yang bersifat deterministik.
3.    Memberikan bantuan kepada klien berupa kemungkinan-kemungkinan yang dapat dipilih untuk memantapkan dan mematangkan status egonya.
H.  Peran dan Fungsi Terapis
Harris (1967) yang dikutip dalam Correy (1988) memberikan gambaran peran terapis, sepertin seorang guru, pelatih atau narasumber dengan penekanan kuat pada keterlibatan. Sebagai guru, terapis menerangkan konsep-konsep seperti analisis struktural, analisis transaksional, analisis skenario dan analisis permainan. Selanjutnya menurut Corey (1988), peran terapis yaitu membantu klien untuk membantu klien menemukan suasa lampau yang merugikan dan memyebabkan klien membuat keputusan-keputusan awal tertentu, mengidentifikasi rencana hidup dan mengembangkan strategi-srategi yang telah digunakannya dalam menghadapi orang lain yang sekarang mungkin akan dipertimbangkannya. Terapis membantu klien memperoleh kesadaran yang lebih realistis dan mencari alternatif-alternatif untuk menjalani kehidupan yang lebih otonom.
Trapis memerlukan hubungan yang setaraf dengan klien, menunjukan pada kontrak terapi, sebagai bukti bahwa terapis dan klien sebagai pasangan pada proses terapi. Tugas terapi adalah menggunakan pengetahuannnya untuk mendukung klien dalam hubungannya dengan suatu kontrak spesifik yang jelas diprakarsai oleh klien. Konselor memotivasi dan mengajari klien agar lebih mempercayai ego orang dewasanya sendiri ketimbang orang dewasa konselor dalam memeriksa keputusan-keputusan lamanya serta untuk mmbuat keputusan-keputusan.

I.     Hubungan Konselor Dengan Konseli
Dalam proses konseling, konselor dan konseli bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama. Dalam kerja sama tersebut, konselor dan konseli melaksanakan tanggungjawab masing-masing sebagaimana telah ditetapkan. Dalam hal ini konselor dan konseli sama-sama aktif berupaya untuk mencapai tujuan kosneling. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulakan bahwa konselor dan konseli memiliki kedudukan sejajar dalam proses konseling sesuai tanggung jawab masing-masing dalam upaya mencapai kesejahteraan konseli sebagaimana tertera dalam kontrak. Dalam analisis transaksional meliputi pernyataan tentang:
1.    Harapan yang ingin dicapai konseli dalam proses konseli
2.    Apa yang ingin dikerjakan konselor untuk membantu menfasilitasi kemajuan konseli.
3.    Kondisi-kosndidi yang dipenuhi agar kontrak yang ditetapkan dapat tercapai.


Kontrak dalam analisis transaksional berfungsi untuk memelihara arah konseling agar tetap berpusat pada tujuan yang ingin dicapai, memberi arah baik bagi konselor maupun konseli mengukur kemajuan proses konseling, membantu membebaskan SED konseli dari kontaminasi, dan memperjelas hubungan konselor dengan konseli.

J.    Tahap Konseling
Ada beberapa tahapan konseling diantarannya:
a.    Pada bagian pertama dilakukan Attending (pendahuluan) untuk menentukan kontrak dengan klien baik mengenai masalah atau tanggungjawab kedua belah pihak.
b.    Pada bagian kedua baru mengajarkan tentang ego statenya dengan diskusi bersama klien.
c.    Membuat kontrak yang dilakukan oleh klien sendiri yang berisikan tentang apa yang akan dilakukan oleh klien, bagaimana klien akan melangkah kearah tujuan yang akan ditetapkan, dan klien tahu kapan kontraknya akan habis.
d.   Setelah kontrak ini selesai, baru kemudian konselor bersama klien menggali ego state dan memperbaikinya sehingga terjadi dan tercapai tujuan konseling.

K. Deskripsi Proses Konseling
Menurut Harris peranan terapis dalam analisis transaksional lebih bersifat sebagai guru, trainer ataupun sebagai manusia sumber informasi. Sifat utama hubungan di sini diatur dalam perjanjian bersama antara klien dan konselor. Klien menyepakati suatu tujuan bersama konselor.
Selanjutnya dalam hubungan ini klien akan mulai mencoba mengubah perilakunya berdasarkan tujuan yang telah disepakati bersama, dan klien akan mulai mengembangkan rasa tanggung jawabnya.
Dalam proses konseling analisis transaksional berfungsi untuk memelihara arah konseling agar tetap terpusat pada tujuan yang ingin dicapai, memberikan arah baik bagi konselor maupun klien, mengukur kemajuan proses konseling, dan memperjelas hubungan konselor dan klien.

L.  Teknik Konseling
Dalam analisis transaksional konseling diarahkan kepada bagaimana klien bertransaksi dengan lingkungannya. Karena itu, dalam melakukan konseling ini, terapist memfokuskan perhatian terhadap apa yang dikatakan klien kepada orang lain dan apa yang dikatakan orang lain kepada klien. Untuk itu, teknik yang sering digunakan dalam analisis transaksional diantaranya adalah analisis struktur, analisis transaksional, analisis skript, dan analisis mainan.
1.    Analisis Struktur
Analisis struktur maksudnya adalah analisis terhadap status ego yang menjadi dasar struktur kepribadian klien. Analisis hendaknya bisa mengenal 1) apakah klien menggunakan ego state tertentu, 2) apakah ego state klien, normal, terkontaminasi atau eksklusif, dan 3) bagaimanakah energi egogram klien tersebut. Dengan mengetahui struktur ego state klien, akan diketahui masalah yang dihadapi klien. Bila klien dominan menggunakan ego state A masalah yang dihadapinya kurangnya rasa pecaya diri atau dipandang rendah orang lain. Bila O yang dominan maka klien tengah ditakuti, dijauhi, disisihkan atau diasingkan orang lain.
2.    Analisis transaksional
Transaksi antara konselor – klien pada hakekatnya adalah tranasksi antar status ego keduanya. Konselor menganalisa status ego yang terlihat dari respons atau stimulus klien. Dengan orang lain baik dari kata-kata yang diungkapkan klien, maupun dengan bahasa non verbal. Data atau informasi yang diperoleh dari transaksi dijadikan konselor untuk bahan analisis atau problem yang dihadapi klien.
3.    Analisis Mainan
Analisis mainan adalah analisis hubungan transaksi yang terselubung antara Klien dengan konselor atau dengan Lingkungannya. Mungkin Klien dalam transaksinya sering mengumpulkan “kupon emas atau kupon Coklat” (perasaan menang atau perasaan kalah). Bila klien dalam games sering berperan sebagai pemenang, maka ada kemungkinan ia menjadi amat takut sewaktu-waktu akan menerima kopon cokelat yang banyak.

4.    Analisis Skript
Analisis Skript ini merupakan usaha terapist yang terakhir, dan diperlukan mengenal proses terbentuknya skript yang dimiliki klien. Analisis skript ini hendaknya sampai menyelidiki transaksi seseorang sejak masa kecil dan standar sukses yang telah ditanamkan orang tuanya.





M.   Kelebihan dan Kelemahan dalam Pendekatan Analisis Transaksional.
1.    Kelebihan
a.    Sangat berguna dan para konselor dapat dengan mudah menggunakannya.
b.    Menantang konseli untuk lebih sadar akan keputusan awal mereka.
c.    Konselor bebas menggunakan prosedur dari pendekatan lain dalam integrasi antara konsep dan pratek analisis transaksional dengan konsep tertentu.
d.   Memberikan sumbangan pada konseling multikultural karena konseling diawali dengan larangan mengaitkan permasalahan pribadi dengan permasalahan keluarga dan larangan mementingkan diri sendiri.
e.    Terminologi yang sederhana dapat dipelajari dengan mudah diterapkan dengan segera pada perilaku yang kompleks.
f.     Klien diharapkan dan didorong untuk mencoba dalam hubungan di luar konseling untuk mengubah perilaku yang salah.
g.    Perilaku klien ”disini dan sekarang”, merupakan cara untuk membawa perbaikan klien.
h.    Penekanan pada pengalaman masa kini dan lingkungan sosial.

2.    Kelemahan
a.    Banyak Terminologi atau istilah yang digunakan dalam analisis transaksional cukup membingungkan.
b.    Penekanan Analisis Transaksional pada struktur merupakan aspek yang meresahkan.
c.    Konsep serta prosedurnya dipandang dari perspektif behavioral, tidak dapat di uji keilmiahannya.
d.   Konseli bisa mengenali semua benda tetapi mungkin tidak merasakan dan menghayati aspek diri mereka sendiri.

N.  Contoh Penerapan
Dalam praktek, dalam penerapan analisis transaksional mungkin kita bisa menggunakan teknik-teknik dari berbagai sumber, terutama pada terapi Gestalt, memiliki prosedur-prosedur yang mengasikan yang dikawinkan antara analisis transaksional dan terapi Gestalt. Dengan pendekatan hubungan itu, kita bisa mendemonstrasikan peluang yang lebih besar untuk mencapai kesadaran diri.
Misalnya si A adalah anak yang patuh dan penurut kepada orang tuanya. Baginya, orang tua adalah orang yang selalu dihormati dan ditaati. Sejak kecil, si A memang selalu diarahkan orang tuanya. Tidak boleh ini, tidak boleh itu, harus yang ini harus yang itu, dsb. Dia jarang sekali dibiarkan membuat pilihannya sendiri. Hal itu juga terjadi dalam pemilihan arah pendidikan. Dari TK-SMA semua ditentukan oleh orang tuanya. Tidak ada yang dipilih sendiri oleh si A. Dia selalu nurut oleh orang tuanya. Orang tuanya ingin si A menjadi seorang dokter. Si A merasa tidak ingin menjadi seorang dokter tapi dia tidak mau membantah dan tidak bisa melawan keinginan orang tuanya. Dia merasa tidak memiliki kekuatan atas jalan hidupnya sendiri. Si A menurut saja jika dipersiapkan untuk menjadi seorang dokter dengan les tambahan dibimbingan belajar, baik klasikal maupun privat. Kemudian si A berhasil diterima dijurusan kedokteran umum. Orang tuanya senang sekali, merasa anaknya telah sukses mengarahkan anaknya. Tapi si A tidak nyaman dengan hal tersebut. Sebenarnya dia ingin belajar sastra, si A pernah mengungkapkan keinginannya itu. Kemudian si A menjalani kuliah di kedokteran dengan tidak semangat dan tertekan. Dia merasa bukan ini yang ingin dilakukan. Akibatnya pada semester pertama nilainya jelek. Orang tua hanya bisa marah-marah dan menyuruhnya serius kuliah tidak memikirkan hal lain apalagi sastra. Si A semakin tertekan dan stress. Dia ingin memiliki kekuasaan atas pilihan jalan hidupnya sendiri, tapi tak sanggup melawan ego orang tuanya.
Dari contoh diatas kita dapat menggunakan teknik kursi kosong dimana si klien diminta untuk membayangkan bahwa seseorang tengah duduk disebuah kursi dihadapannya dan mengajaknya berdialog. Prosedur ini memberikan kesempatan pada si klien untuk menyatakan pikiran-pikiran, perasaan-perasaan, dan sikap-sikapnya selama dia menjalankan peran-peran perwakilan egonya. Klien tidak hanya mempertajam kesadarannya, dalam kasus ini ego orang tuanya, tetapi juga kedua ego lainnya (anak dengan orang dewasa) yang biasanya memiliki cirri-ciri tertentu dalam hubungannya dengan keadaan yang dibayangkan. Teknik kursi kosong bisa digunakan oleh orang-orang yang mengalami konflik-konflik internal yang hebat guna memperoleh fokus yang lebih tajam dan pegangan yang kongkret bagi upaya pemecahan.       









BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
            Pada dasarnya kata transaksi selalu mengacu pada proses pertukaran dalam suatu hubungan. Dalam komunikasi antarpribadi pun dikenal transaksi. Yang dipertukarkan adalah pesan-pesan baik verbal maupun nonverbal. Analisis transaksional sebenarnya ber­tujuan untuk mengkaji secara mendalam proses transaksi (siapa-­siapa yang terlibat di dalamnya dan pesan apa yang dipertukarkan). Dalam terapi ini hubungan klien dengan konselor dipandang sebagai suatu transaksional (interaksi, tindakan yang diambil, tanya jawab) dimana masing-masing partisipan berhubungan satu dengan yang lainnya sebagai fungsi tujuan tertentu. Setiap tindakan dengan orang lain merupakan proses timbal-balik dan peraturan memulai, merespon, dan memberi umpan balik.
            Berne mengamati bahwa kehidupan sehari-hari banyak ditentukan oleh bagaimana ketiga status ego (anak, dewasa, dan orang tua) saling berinteraksi dan hubungan transaksional antara ketiga status ego itu dapat mendorong pertumbuhan diri seseorang, tetapi juga dapat merupakan sumber-sumber gangguan psikologis jika ketiga ego tersebut tidak dimanfaatkan dengan baik karena hanya menerapkan satu jenis status ego saja.





















DAFTAR PUSTAKA

Akhmad-sugianto.blogspot.com/2014/03/teori-
Pujosuwarno, Sayekti. 1993. Berbagai Pendekatan dalam Konseling. Yogyakarta: Menara Mas Offset.

Supriyo, Mulawarman, (2006). Keterampilan Dasar Konseling. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Surya, Mohammad. (2003). Teori-teori Konseling. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.




Related Posts :

11 Responses to "Teori Analisis Transaksional"

  1. Bagus,membangun dan menambah wawasan
    Terus kembangkan lagi

    BalasHapus
  2. Masya Allah, terima kasih atas penjelasannya, senang rasanya mendapatkan ilmu yang baru

    BalasHapus
  3. Masya Allah, bagus banget materinya.. Thank you atas ilmunya 👍

    BalasHapus
  4. Terima kasih ilmu nya kk
    Sukses terus kak❤❤❤

    BalasHapus
  5. wahhhh mantap�� sangat bermanfaat ilmunya��.Terima kasih banyak❤

    BalasHapus
  6. Sangat menarik ya dan sangat bermanfaat dan menambah ilmu dan wawasan ❤️

    BalasHapus
  7. Masyaallah kk, sangat bermanfaat ilmu nya👍👍👍

    BalasHapus
  8. Masyaallah kk, sangat bermanfaat ilmu nya👍👍👍

    BalasHapus
  9. Terimakasi Semoga bermanfaat untuk semua,

    BalasHapus
  10. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  11. Wih bagus banget .. semoga bermanfaat buat kita semuanya keren.. dapat ilmu serta wawasan deh

    BalasHapus